Jam di handphoneku menunjukkan pukul 21.43, itu berarti sudah 15 menit aku menunggu di Indomaret. Di tempat ini menjadi lokasi penjemputan ketika pacarku, Intan, balik ke Surabaya setelah pulang dari kota asalnya Malang menaiki bis. "Tumben kok lama," dalam hatiku. Padahal, sepanjang perjalanan, aku tidak ngebut dan bahkan mengendarai motorku dengan santai berharap supaya bisa datang bersamaan, atau paling tidak waktunya berdekatan.
"Ini masih macet di Medaeng ya, Sayang," sebuah notif chat WhatsApp muncul di layar handphoneku.
Aku langsung membuka Google Maps dan mencari tahu jarak kedua titik ini. Sudah dekat, cuma berjarak tiga sampai empat menit. "Iya aku tunggu, Sayang," balasku sambil mendongak ke atas melihat langit hanya berharap supaya tidak hujan seperti di rumah saat berangkat tadi.
Sambil menunggu Intan, aku memandangi sekeliling. Tidak seperti biasanya, kali ini ramai sekali orang yang menunggu di sini. Banyak yang sudah menunggu jemputan baik dari keluarga atau transportasi online yang sudah dipesan. Entah dari mana asal mereka, tapi semua kembali lagi berkumpul di Kota Pahlawan ini untuk menjalani aktivitas. Kembali ke realita setelah kurang lebih tujuh hari off karena Lebaran Hari Raya Idul Fitri.
Berbagai barang bawaan mulai dari tas ransel yang digendong di belakang maupun di depan, tas jinjing, koper, kresek berukuran besar, kardus oleh-oleh dari wilayah asal masing-masing memenuhi halaman depan minimarket jalan Letjend Sutoyo 110 malam ini. Semakin lengkap pula penuh sesaknya dengan pemandangan ibu yang menggendong bayinya, sekumpulan pemuda yang sibuk memesan transportasi online, anak-anak kecil yang duduk di paving dan menyeruput Pop Mie hangat, penumpang yang turun dari bis, serta ojek-ojek yang menjemput pelanggannya.
Uniknya, aku menikmati kepadatan ini. Aku salut dan mengapresiasi mereka yang kembali bekerja jauh dari rumah, entah itu sebuah pilihan atau keterpaksaan, tapi mereka profesional dengan tetap menjalaninya. Melihat ini menyadarkanku bahwa aku tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Tempat tinggal dan tempat di mana aku bekerja hanya berjarak 60 menit paling lama. Aku masih bisa bekerja dan bertemu keluargaku setiap hari.
Tak lama tampak bis Kalisari patas jurusan Malang-Surabaya berhenti, Intan turun dan jalan menuju ke arahku.
![]() |
Eskpresi lelah berubah menjadi sumringah ketika Intan bertemu dengan pacarnya yang cakep 😋 |
Sambil menuju ke kosnya, kami mengobrolkan banyak hal. Salah satu yang kuingat dari pembicaraan kami adalah dia pulang ke Malang setiap dua minggu sekali dan selalu menantikan saat-saat itu. "Kalau nggak pergi jauh dari keluarga kan nggak tau arti rumah sebenarnya," lalu mata kami berpandangan satu sama lain melalui kaca spion.
Comments
Post a Comment