Cerita ini dari kisah nyata. Sabtu, 04-05-13 aku denger kotbah ibadah Youth di gereja oleh Pdt. Moses, dia bersaksi tentang tetangganya yang menyesali hidupnya. Jadi begini.......
Sekitar 15-16 tahun lalu, saya memiliki tetangga yang berhasil lulus tes masuk TNI. Dia lulus dalam 3 tes, dan setiap tes lisan, ada tes psikotes / kejiwaan. Bagi yang mampu melewati 3 tes itu, ia dianggap siap dalam menghadapi tantangan apapun untuk dibentuk sedemikian rupa dalam 4 bulan pertama. Dia pun juga dengan yakin ingin memiliki jabatan tertinggi itu, maka dia akan lewati semua
Suatu pagi, dia berpamitan kepada keluarganya, dan juga kepada saya. Dia dengan ceria dan rambut botaknya menyalami saya untuk pergi ke kota Magelang mengikuti pembentukan selama 4 bulan kedepan. Saya memberi dia semangat
Sekitar 3 bulan kurang...
Ada yang memanggil saya dari kejauhan, saya pun bingung siapa dia. Tetapi setelah melihat jelas, saya mengerti dia adalah tetangga saya. Kami pun ngobrol, beberapa perkataan yang saya ingat dari dia seperti ini:
"Waduh om..om, hidup iki cuma sekali, ngapain dibuat capek. nyesel aku om..om masuk situ, gak manusiawi. masa 4 hari pertama gak boleh tidur, disuruh masuk hutan bawa ransel diisi batu. kalau yang gak kuat, suruh push up diatas kotoran sapi, jelas gak masuk akal kan om. terus kalo makan dikasih waktu, aku belum kebagian nasi udah di prit, mau mati aku om. terakhir masalah bangun pagi om, tidur itu cuma 60 menit dari pukul 2 pagi itu, dan anehnya ada skenario om" langsung saya bertanya, "skenario apa?". "Jadi beberapa sepatu kita disembunyikan waktu bangun itu, kami kebingungan dan otomatis mencuri sepatu teman, jadi siapa yang terlambat baris, dia akan dihukum om. tapi atasan saya bilang, 'kalian telat bangun aja udah kehilangan sepatu, kalau kalian telat bangun saat berperang, kalian udah kehilangan nyawa!' tapi tetap gak masuk akal om, saya akhirnya keluar meskipun dihukum lagi, tapi gak peduli"
Setelah bertemu itu, saya bertahun-tahun tidak menjumpai dia. Tetapi sekitar 2 bulan yang lalu, dia datang kerumah saya dengan motor butut yang dikendarai. Dia pun bersedih, dan bercerita pada saya dengan menangis "om, saya benar-benar menyesal, kenapa duluuu saya keluar dari tes itu, seandainya saja saya kuattt 1 bulan lagi, hidup saya tidak akan begini, pasti jauh lebih indah. saya menyesal om, ini luka di tangan saya karna saya memukul cermin dirumah saya sambil menunjuk diri saya di cermin yang mengatai diri saya BODOH, saya menangis om" :'(
Saya pun bertanya "mengapa kamu sadar?" dia menjawab "suatu hari saya habis pulang kerja, ada mobil dari belakang membunyikan klakson berkali-kali, saya sudah menepi tapi mobil itu tetap saja. hampir saja saya emosi, tapi ketika kaca mobil itu dibuka, itu adalah teman saya yang dulu bersama-sama saya mengikuti tes 4 bulan itu. dia memakai baju lengkap dengan pangkat yang sudah tinggi, serta sebelahnya ada seorang istri yang sangat cantik. tapi saya malu, saya pura-pura tidak kenal om, padahal dia teman akrab saya disana. saya malu om! saya menyesal! sekarang saya cuma seorang sales, pendapatan saya pun tidak menentu, dan itu sangat kurang bagi keluarga saya, apalagi anak saya sedang jatuh sakit"
Begitu ceritanya u,u
Di akhir kotbah, pendeta mengatakan
"Hai anak muda, mungkin kalian sedang menertawakan cerita ini dan tetangga saya, tetapi sadarlah, kalian juga sebenarnya kadang mentertawai diri kalian sendiri. Mari, kita jangan salah ambil keputusan di masa muda ini. Pembentukan didalam diri kalian pasti terjadi, tetapi bertahanlah, karena tak akan selamanya pembentukan yang Tuhan ijinkan di setiap kita itu selamanya"
Sekitar 15-16 tahun lalu, saya memiliki tetangga yang berhasil lulus tes masuk TNI. Dia lulus dalam 3 tes, dan setiap tes lisan, ada tes psikotes / kejiwaan. Bagi yang mampu melewati 3 tes itu, ia dianggap siap dalam menghadapi tantangan apapun untuk dibentuk sedemikian rupa dalam 4 bulan pertama. Dia pun juga dengan yakin ingin memiliki jabatan tertinggi itu, maka dia akan lewati semua
Suatu pagi, dia berpamitan kepada keluarganya, dan juga kepada saya. Dia dengan ceria dan rambut botaknya menyalami saya untuk pergi ke kota Magelang mengikuti pembentukan selama 4 bulan kedepan. Saya memberi dia semangat
Sekitar 3 bulan kurang...
Ada yang memanggil saya dari kejauhan, saya pun bingung siapa dia. Tetapi setelah melihat jelas, saya mengerti dia adalah tetangga saya. Kami pun ngobrol, beberapa perkataan yang saya ingat dari dia seperti ini:
"Waduh om..om, hidup iki cuma sekali, ngapain dibuat capek. nyesel aku om..om masuk situ, gak manusiawi. masa 4 hari pertama gak boleh tidur, disuruh masuk hutan bawa ransel diisi batu. kalau yang gak kuat, suruh push up diatas kotoran sapi, jelas gak masuk akal kan om. terus kalo makan dikasih waktu, aku belum kebagian nasi udah di prit, mau mati aku om. terakhir masalah bangun pagi om, tidur itu cuma 60 menit dari pukul 2 pagi itu, dan anehnya ada skenario om" langsung saya bertanya, "skenario apa?". "Jadi beberapa sepatu kita disembunyikan waktu bangun itu, kami kebingungan dan otomatis mencuri sepatu teman, jadi siapa yang terlambat baris, dia akan dihukum om. tapi atasan saya bilang, 'kalian telat bangun aja udah kehilangan sepatu, kalau kalian telat bangun saat berperang, kalian udah kehilangan nyawa!' tapi tetap gak masuk akal om, saya akhirnya keluar meskipun dihukum lagi, tapi gak peduli"
Setelah bertemu itu, saya bertahun-tahun tidak menjumpai dia. Tetapi sekitar 2 bulan yang lalu, dia datang kerumah saya dengan motor butut yang dikendarai. Dia pun bersedih, dan bercerita pada saya dengan menangis "om, saya benar-benar menyesal, kenapa duluuu saya keluar dari tes itu, seandainya saja saya kuattt 1 bulan lagi, hidup saya tidak akan begini, pasti jauh lebih indah. saya menyesal om, ini luka di tangan saya karna saya memukul cermin dirumah saya sambil menunjuk diri saya di cermin yang mengatai diri saya BODOH, saya menangis om" :'(
Saya pun bertanya "mengapa kamu sadar?" dia menjawab "suatu hari saya habis pulang kerja, ada mobil dari belakang membunyikan klakson berkali-kali, saya sudah menepi tapi mobil itu tetap saja. hampir saja saya emosi, tapi ketika kaca mobil itu dibuka, itu adalah teman saya yang dulu bersama-sama saya mengikuti tes 4 bulan itu. dia memakai baju lengkap dengan pangkat yang sudah tinggi, serta sebelahnya ada seorang istri yang sangat cantik. tapi saya malu, saya pura-pura tidak kenal om, padahal dia teman akrab saya disana. saya malu om! saya menyesal! sekarang saya cuma seorang sales, pendapatan saya pun tidak menentu, dan itu sangat kurang bagi keluarga saya, apalagi anak saya sedang jatuh sakit"
Begitu ceritanya u,u
Di akhir kotbah, pendeta mengatakan
"Hai anak muda, mungkin kalian sedang menertawakan cerita ini dan tetangga saya, tetapi sadarlah, kalian juga sebenarnya kadang mentertawai diri kalian sendiri. Mari, kita jangan salah ambil keputusan di masa muda ini. Pembentukan didalam diri kalian pasti terjadi, tetapi bertahanlah, karena tak akan selamanya pembentukan yang Tuhan ijinkan di setiap kita itu selamanya"
Comments
Post a Comment